Jalan-jalan dan
Nasionalisme dengan “Galeri”
Jalan-jalan
adalah kegiatan yang menyenangkan karena kita bisa rehat sejenak dari segala
rutinitas. Jalan-jalan bisa membuat kita semakin menyadari keindahan di sekitar
kita yang mungkin tidak pernah kita sadari karena kesibukan setiap hari. Selain
itu, jalan-jalan juga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme kita. Jalan-jalan dan
nasionalisme dapat dicapai dengan “Galeri” yang merupakan kependekan dari
mengagumi, mengenal dan handarbeni.
“Galeri” membantu kita untuk semakin menumbuhkan rasa cinta akan tanah air
sehingga kegiatan jalan-jalan yang kita lakukan tidak hanya berguna bagi diri
kita sendiri, tetapi juga sesama dan Indonesia.
Jalan-jalan itu mengagumi dan
mengenal
Ketika
jalan-jalan ke tempat yang baru dan indah biasanya kita akan berdecak kagum.
Apalagi jika kita mengunjungi objek wisata seperti gunung, gua, pantai, danau,
dan taman. Kekaguman itu menjadi awal bagi kita untuk semakin mengenal tempat
tersebut. Kita akan asyik menelusuri tempat tersebut dan mengenal
keanekaragaman vegetasi yang ada di sana. Dua proses inilah yang terjadi ketika
kita sedang jalan-jalan, yaitu mengagumi dan mengenal. Proses mengagumi dan
mengenal, saya alami ketika kampus mengadakan field trip ke Pantai Klayar dan Gua Gong di Pacitan dalam mata
kuliah Ekoturisme. Saya sungguh terpukau dan kagum dengan keindahan alam yang
ada di sana. Kekaguman itu membawa saya untuk semakin mengenal keanekaragaman
di Pantai Klayar dan Gua Gong. Di Pantai Klayar terdapat suling samudra yang
seolah-olah bersiul ketika ada ombak datang. Ombak di pantai ini sangat
berbahaya sehingga pengunjung dilarang berenang. Namun, sebagai objek wisata
yang indah, pantai ini masih perlu pengelolaan yang lebih baik lagi, terutama
dalam hal kebersihan.
Di Gua Gong, saya melihat stalaktit dan stalagmit yang sungguh mengagumkan. Saya juga melihat sungai yang
mengalir di dalam gua. Keindahan itu semakin terasa karena di dalam gua
diterangi dengan lampu warna-warni. Namun, hal yang perlu diperhatikan oleh
pengelola adalah vegetasi di dalam gua agar tetap terjaga sebaik mungkin.
Hal-hal di atas
adalah sebuah proses mengagumi dan mengenal. Kita merasa kagum dengan objek
wisata yang kita lihat, lalu kita mengenal lebih dalam dengan objek wisata
tersebut, seperti apa kelebihannya dan apa yang harus diperhatikan agar objek
wisata tersebut tetap terawat. Jalan-jalan akan membawa kita pada sikap
mengagumi dan mengenal lebih dalam. Kita akan merasa sungguh luar biasa Tuhan
menciptakan bumi kita ini. Namun, jalan-jalan yang telah kita lakukan akan
menjadi sia-sia jika kita tidak memiliki rasa handarbeni. Rasa handarbeni
inilah yang akan membawa kita pada sikap nasionalisme sesungguhnya.
Nasionalisme itu handarbeni
Nasionalisme
secara sederhana berarti sikap mencintai bangsa dan negara. Sikap mencintai ini
akan menjadi dasar bagi setiap warga negara untuk bersatu padu dalam menjaga,
merawat, memelihara, dan memiliki negara. Rasa handarbeni sendiri berarti rasa memiliki atau kata lainnya adalah sense of belonging. Jika kita mempunyai
rasa handarbeni, kita akan sungguh-sungguh
merawat, menjaga, dan memelihara apa yang kita miliki. Oleh karenanya,
nasionalisme itu handarbeni, yang
berarti ada rasa ikut memiliki yang akan membawa nilai-nilai selanjutnya yaitu
memelihara, menjaga, dan merawat. Nilai-nilai itu akan membawa kita semakin
mencintai tanah air kita, Indonesia. Semua memang berawal dari rasa handarbeni. Sikap handarbeni dapat diwujudkan dengan misalnya, kita ikut menjaga,
merawat dan memelihara lingkungan sekitar kita. Contoh lebih sederhana adalah
ketika mengunjungi Pantai Klayar dan Gua Gong, saya tidak membuang sampah di
sekitar area pantai dan tidak merusak sarana dan prasarana di pantai serta
menaati tata aturan yang diberikan oleh pengelola wisata.
“Galeri” penghubung antara
jalan-jalan dan nasionalisme
Jalan-jalan
dan nasionalisme memiliki hubungan jika kita menanamkan sikap “Galeri”, yaitu
mengagumi, mengenal, dan handarbeni.
Seperti ulasan sebelumnya, jalan-jalan itu mengagumi dan mengenal sedangkan
nasionalisme itu handarbeni. Jika
kita hanya sampai pada sikap mengagumi dan mengenal tanpa menerapkan sikap handarbeni, aktivitas jalan-jalan tidak
akan menumbuhkan sikap nasionalisme dalam diri kita. Kita akan menjadi pribadi
yang egois karena hanya mau menikmati tanpa merawat dan menjaga. Kita bersikap
seenaknya sendiri tanpa mau peduli dan berusaha keras untuk melestarikan.
Hal ini sering dijumpai dalam
berbagai kasus, seperti sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para
pendaki di puncak gunung ataupun di sepanjang perjalanan menuju puncak gunung.
Para pendaki ‘nakal’ tersebut lalu mengatakan kekagumannya atas alam yang
sungguh indah dan merasa sungguh mencintai Indonesia, tapi mereka meninggalkan
sampah di berbagai tempat dan merusak vegetasi di gunung tersebut. Maka, apa
yang dikatakan oleh para pendaki tersebut adalah omong kosong.
Keputusan
sebenarnya ada di tangan kita. Jalan-jalan akan memiliki hubungan dengan nasionalisme
jika kita mau menerapkan “Galeri” dalam diri kita, tetapi jika kita tidak
menerapkan “Galeri”, jalan-jalan tidak akan memiliki hubungan apapun dengan
nasionalisme. Jika kita ingin berubah menjadi lebih baik dan bermartabat,
“Galeri” bisa menjadi solusi dan bisa kita tanamkan dalam diri kita
masing-masing. Ketika kita ingin jalan-jalan ke suatu tempat, kita tanamkan dan
terapkan “Galeri” dalam hati dan tindakan kita sehingga jalan-jalan akan
menumbuhkan dan mencerminkan sikap nasionalisme, cinta tanah air, Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar